Bunga SMA

Suatu siang aku jalan-jalan kepusat perbelanjaan buat refresing….ya..liat-liat cewek cantik.Begitu aku lagi liat kiri kanan..eee..tak taunya seseorang menubrukku .Wanita ini sepertinya habis belanja banyak dan tergesa-gesa hingga tak tahunya menubruk orang.

Begitu bertabrakan…aku langsung membantu memberesi barang-barangnya yang berserakan.Tak lupa kuucapkan permintaan maafku padanya karena tak sengaja menabraknya….walau sebenarnya dialah yang harus minta maaf padaku.

“Maaf ..mbak…nggak sengaja nih…”kataku padanya.
“ya…nggak apa-apa lagi….oya..kamu Andy kan….”katanya padaku.
“iya..saya Andy….dan mbak siapa ya…kok tahu nama saya”
“kamu nggak ingat sama aku ya…teman SMA kamu…yang suka jahilin kamu….”katanya padaku.
“siapa ya….eeeee….maaf …Rani ya….SiBunga SMA “
“Tepat sekali ….tapi tadi kok kamu manggilin aku mbak seh…”
“Maaf deh….abis aku nggak tau siapa kamu..”
“kenapa..lupa ya sama aku….atau emang udah dilupain ya…”
“ya..gimana ya..kamu cantik banget ..beda dengan yang dulu..”kataku sedikit memujinya.
“ak kamu ….biasa aja kok…”katanya sambil tersipu malu.
“oh ya….kita kekafe yuk..buat ngerayain pertemuan kita ini…”
“ok deh…tapi kamu yang traktir aku ya…abis aku lagi bokek nih”kataku padanya
“ya..nggak masalah lagi….”

Aku dan rani pergi kekafe langgananya Rani.Sampai disana ..kami memilih meja yang paling pojok.Suasana didalam kafe ini sangat sejuk dan nyaman…membuat orang yang berada didalamnya betah untuk duduk berlama-lama.

“Gimana kabar kamu sekarang andy…..udah berkeluarga ya…”tanya rani padaku.
“aku seh baik-baik aja….masih sendiri lagi….masih kepengen bebas”
“kalau kamu gimana….udah bekeluarga ya….”tanyaku padanya.
“aku udah married….udah 3 tahun”
“asyik dunk….trus suami kamu mana…kok pergi sendirian ….nggak takut digodain sama lelaki iseng”
“ah kamu..biasa aja lagi….laki aku lagi keLN…urusan bisnis katanya”
eh…ayo makan..kok didiamin aja nih”

kamipun akhirnya menyantap hidangan yang telah tersedia.Habis makan,kami jalan-jalan dan pulang kerumah masing-masing

Beberapa hari kemudian….Rani mengirim SMS keHP ku….isinya mengajak aku untuk main kerumahnya.SMSnya kubalas….dan aku tanyakan dimana alamat rumahnya..Beberapa menit kemudian…Rani membalas SMSku dan menyebutkan alamat rumahnya.

Aku berangkat kerumah Rani…sibunga SMA.Tak lama kemudian ..aku sampai didepan rumah mewah.Kubaca kembali alamat yang diberikan oleh Rani dan kucocokkan dengan nomor rumah yang tertera didepan pintu…pass..memang benar ini rumahnya.Kutekan bel yang ada didepanku.Beberapa saat kemudian …pintu pagar terbuka dengan sendirinya.Aku masuk, pintu pagarpun ikut tertutup dengan sendirinya.Aku berjakan menuju teras depan dan Rani telah menungguku disana.

“Hii..gimana kabar kamu sekarang….”sapanya padaku.
“Baik saja nih….kamu gimana…kok sepi amat seh…pada kemana nih”
“iya nih…nggak ada siapa-siapa nih dirumah…jadi kesepian..makanya aku undang kamu kesini ..buat nemenin aku…”
“nggak salah nih..ntar suami kamu marah lagi”
“ah..nggak apa-apa lagi…. dia lagi diLN sekarang nih…”
“yuk ..masuk….kita ngobrol didalam aja deh”

Kamipun masuk kedalam rumahnya Rani.Wah….benar-benar mewah nih rumah..semua perabotannya sangat mengagumkan.

“mari..silahkan duduk….jangan malu -malu..anggap saja seperti rumah sendiri”
“Thank’s….”dan akupun duduk
“oya..mau minum apa nih….panas..dingin atau yang hangat..”kata siNyonya rumah.
“jadi bingung nih ..milihnya …”kataku padanya.
“ya…kalau yang panas…teh sama kopi…trus kalau mau yang dingin..ada soft drink..”balas siRani
“trus kalau aku milih yang hangat gimana”tanyaku lagi.
“ya…ada deh…”kata rani sedikit genit.
“ok deh…kalau gitu..aku minta yang hangat aja deh”kataku coba menggodanya.
“ah..kamu ini bisa aja….ntar kalau aku kasih kamu nggak susah nanti”
“ya..tergantung yang ngasih dunk…”

Rani bangkit dari duduknya ….”bentar ya …aku kebelakang dulu”
Ia pergi meninggalkanku diruang tamu yang mewah itu.Rani kembali lagi keruang tamu dengan membawa dua gelas jus orange .Dia meletakkannya datas meja.

“Lho..tadi katanya yang hangat..kok yang itu seh”kataku padanya.
“yang hangat ntar….so pasti aku kasih deh”
Akupun duduk kembali.
“Ran…rumah kamu bagus banget deh….semuanya kamu punya…so pasti kamu bahagia dong dengan suami kamu….”
“ah ..siapa bilang..dari luarnya saja aku keliatan bahagia”katanya mulai serius
“memang semuanya aku punya ..tapi khan itu nggak menjamin aku bahagia”
“bayangin aja deh ..dalam satu bulan ..palingan suamiku 3 hari ada dirumah”
“selebihnya ..ya kesana kemari ..ngurusin bisnis keluarganya yang segudang itu…jadi kamu bisa bayangin deh..betapa aku sangat kesepian..”

Rani mulai menceritakan semua keluhan yang ada dalam dirinya.Kucoba memahami setiap jalan ceritanya sambil sesekali mataku nakal melirik bagian tubuhnya yang sangat menggairahkan sekali.Saat itu,Rani mengenakan kaos yang cukup ketat sekali sehingga mencetak seluruh lekuk tubuhnya yang sangat indah itu.Dibalik kaos ketat lengan pendek itu …sepertinya Rani tak mengenakan Bra…itu terlihat dari tonjolan kecil dipuncak dadanya yang padat dan berisi .Perlahan terasa sesuatu bergerak nakal dari balik celana yang kukenakan.

Rani bangkit dari duduknya dan pindah disampingku.Tercium bau harum parfumnya yang sangat mengundang gairah.

“Dy..aku kangen banget deh sama kamu….”katanya padaku
“oya…”kataku padanya.
“iya nih….apalagi sama…….”katanya terputus.
“sama apa seh Ran…..”
“sama…..sama ini nih….”katanya sambil meletakkan tangannya diatas gundukan batang kejantananku.

Kontan saja aku terkejut mendengar penuturannya yang begitu spontan.walau sebenarnya aku juga menginginkannya.

Karena tak ada kata-kata yang keluar dari mulutku,Rani tak memindahkan tangannya dari atas selangkanganku..malah sebaliknya dia mengelus pelan batang kejantananku yang masih tersembunyi dibalik celana panjang yang kukenakan.

Perlahan ..mukaku dan muka Rani makin mendekat.Rani memejamkan matanya sambil merekahkan bibirnya padaku.Kukecup bibirnya yang merah itu.Mulutku bermain dimulutnya yang mungil dan seksi .Sesekali lidahku berpilin dengan lidahnya .Rani sangat bergairah sekali menyambut ciuman bibirku dibibirnya.

Sementara itu tanganku tak tinggal diam.Kucoba meraba dua bukit kembar yang tumbuh didadanya. Begitu hangat ,padat dan berisi Terasa sangat halus sekali kulit dadanya Rani.Dua puncak dadanya yang mulai mengeras tak luput dari remasan tanganku.Dan tangan Rani semakin liar begerilya diatas gundukan batang kejantananku yang mulai mengeras.

Rani beranjak dari tempat duduknya .Perlahan ia mulai membuka satu persatu pakaian yang melekat ditubuhnya.Hingga akhirnya tak sehelai benangpun yang menempel ditubuhnya.Kuperhatikan tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki.Begitu sangat sempurna sekali.Dua gundukan bulat menggantung didadanya .ditambah dengan bukit kecil yang ditumbuhi bulu hitam yang lebat menandakan kalau Rani type wanita haus seks.

Rani kembali duduk bersimpuh dihadapanku.Kali ini ia mulai membuka celana panjang yang masih kukenakan.Begitu celanaku terbuka ..nongollah batang kejantananku yang mulai mengeras dibalik celana dalamku.Namun tak berselang lama celana dalamkupun telah terbuka dan tinggallah penisku yang tegak bak torpedo yang siap meluncur.

Tangannya yang halus itu mulai membelai batang kejantananku.Lama kelamaan ukurannya makin membesar .Rani mulai menjilat ujung kepala penisku .Mulutnya yang mungil itu menjiltai permukaan kulit batang kejantananku hingga sampai kedua buah biji pelerku.Beberapa saat lamanya Rani menikmati batang kejantananku dengam ciuman-ciuman yang sangat menggetarkan persendianku.Sementara kedua tanganku meremasi kepalanya .Hingga sesuatu terasa berdenyut dibatang kejantananku Sesuatu yang ingin muncrat dari ujung kepala penisku.Aku semakin kuat menjambak rambutnya Rani dan menekannya kedalam hingga ujung kepala penisku menyentuh ujung tenggorokannya.

“Akhhh..Ran..aku mau keluar nih”erangku padanya

Beberapa detik kemudian spermaku tumpah didalam mulutnya Rani.Tanpa merasa jijik sedikitpun Rani menelan setiap tetes spermaku.Dan sambil tersenyum ..Rani menjilati sisa- sisa sperma yang masih tersisa dibatang kemaluanku.

Beberapa saat kamipun istirahat setelah aku mencapai orgasme yang pertama. .Kemudian aku berdiri dan mengangkat tubuh montok Rani dan merebahkannya diatas sofa yang empuk .Kini tiba saatnya bagiku untuk memulai babak permainan berikutnya.Aku membuka kedua kaki Rani lebar-lebar.Kudekatkan wajahku kepermukaan perutnya yang datar.Dengan penuh nafsu ..aku menjilati setiap permuakaan kulit perutnya yang halus itu.Rani menggelinjang hebat merasakan jilatan bibirku dipermukaan kulit perutnya yang ramping.

Rani merasakan dirinya seolah terbang kesorga kenikmatan saat ujung-ujung lidahku mengelitik organ-organ sensitifnya.Ia melupakan sejenak bayangan suaminya yang saat ini sedang berada diluar negri.Baginya ,kenikmatan yang kuberikan padanya tak ada bandingnya dengan limpahan materi yang diberikan oleh suaminya.Desahan…erangan dan jeritan Rani makin menbuatku bersemangat menusuk-nusuk permukaan Vaginanya dengan ujung lidahku.

“Sayang….cepet dunk masukin punyamu kememek aku….udah nggak kuat nih”rengeknya padaku.
»»  baca selanjutnya...

Sebut saja nama saya Ari...

Sebut saja nama saya Ari. Sudah menikah dan punya 1 orang anak. Saya tinggal diwilayah yang masuk sebagai wilayah Bogor tapi saya bekerja di Jakarta. Sebelum saya menceritakan pengalaman-pengalaman yang pernah saya alami, saya minta maaf kalau cara saya bercerita tidak begitu bagus karena saya memang bukan penulis. Awalnya adalah ketika saya kuliah di Bandung dan jauh dari orangtua. Karena jauh dari ortu maka saya berpikir inilah kesempatan bagi saya untuk mencoba pengalaman-pengalaman baru terutama tentu saja soal seks. Dari info2 yang saya terima dari teman-teman yang berpengalaman, saya tau banyak hal-hal yang berkaitan dengan seks. Penyewaan LD porno ( waktu itu belum jaman VCD hehehe ), majalah, stensilan, tempat perempuan yang bisa diajak gituan, tempat jual obat kuat, obat tidur, alat kontrasepsi ( kalo ini mah dimana2 juga banyak ). Kalo soal gaya dan posisi2 seks itu sih belajarnya dari film. Saya sendiri masih perjaka saat itu dan sudah sangat ingin melepaskan keperjakaan saya ( hehehe... ). Sayangnya setelah kuliah 1 semester, saya belum dapat pacar juga. Maklum kampus saya adalah kampus teknik ternama yang 90% isinya cowok jadi ya persaingannya ketat. Saya sendiri bukan termasuk cowok yang beruntung alias gak kebagian cewek sekampus bahkan ya itu tadi tidak punya pacar. Padahal saya udah dapat banyak "ilmu" dari teman-teman saya terutama dari Rashid, teman kosku yang sudah ambil tugas akhir. Dia kuliahnya beda jurusan tapi masih sekampus. Saya bahkan sudah diajari olehnya bagaimana cara bisa berhubungan seks dengan pacar kita tanpa memaksanya meski awalnya dia tidak mau. Ajaran itu tidak ajaib-ajaib amat karena modalnya cuma obat tidur atau obat perangsang tergantung situasinya. Trik yang berbahaya memang tapi kagak bisa juga dipraktekin juga ( karena kejombloanku itu ). Namun akhirnya berkat trik itu, aku memang bisa melepaskan kerperjakaanku tapi rupanya trik itu menjadi senjata makan tuan. Berkat trik dari Rashid itu aku berhasil menyetubuhi Rani, pacar Rashid sendiri, dan sampai kini Rashid tidak mengetahuinya. Itupun bukan aku yang melakukan trik tersebut tapi Kamil, anak kost satu lagi teman kita berdua, dan aku cuma kecipratan "getah" enaknya saja.

Ceritanya Rashid itu doyan gonta-ganti pacar dan sepertinya setiap pacarnya pasti pernah dia setubuhi. Di tahun terakhir kuliahnya dia punya pacar serius, namanya Rani. Dibilang serius karena kata Rashid dengan Rani inilah dia ingin menikah. Di mata Rashid, Rani adalah cewek yang sempurna. Kalau dari segi fisik, Rani memang seksi, cantik, putih dan montok. Payudaranya lumayan menantang dengan pinggul dan perut yang ramping. Rambut panjang dengan wajah yang menawan. Rani sering berkunjung ke kamar kost Rashid. Entah datang sendiri atau datang bersama Rashid. Mungkin Rashid meenjemputnya terlebih dahulu karena Rani kuliah di universitas yang berbeda. Rasanya setiap kali Rani datang berkunjung, mereka selalu "main" dalam kamar Rashid. Itu ditandai dari suara rintihan Rani yang sering terdengar ketika sedang disetubuhi oleh Rashid. Meski setiap kamar kost di rumah itu cukup besar tapi tetap saja ada suara yang terdengar ketika mereka sedang bersetubuh. Malah terkadang ada suara jeritan dari Rani ketika dia mencapai puncak kenikmatannya. Biasanya setelah itu kegaduhan mereka berakhir dan itu artinya mereka telah selesai atau telah tertidur. Tapi jika Rashid hasratnya sedang menggebu-gebu maka dia akan menyetubuhi Rani terus menerus seperti kuda liar sepanjang siang atau sepanjang malam tergantung waktu kedatangan Rani. Ini ditandai dengan suara rintihan Rani yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus dari arah kamar Rashid. Tidak jarang Rani sampai bermalam di kamar Rashid meski tidak pernah sampai berhari-hari. Demikianlah, Rashid si raja sesat, begitu kami menyebutnya dan kegiatan birahinya dengan Rani. Kami dua anak kost yang lain hanya bisa maklum dan mencemburui "keberuntungan" Rashid. Oh ya di rumah itu hanya ada 3 kamar kost yang diisi oleh Rashid, Kamil dan aku. Kamil juga sudah punya pacar tapi pacarnya itu sangat alim sehingga menolak melakukan hal-hal yang "aneh-aneh". Tapi Kamil juga sudah tidak perjaka. Dia melakukan seks pertama kali sejak SMA dan di tahun-tahun awal kuliah pun dia punya pacar di kota asalnya Jakarta dimana mereka selalu bercinta setiap kali bertemu. Hubungan mereka akhirnya kandas setelah pacarnya itu selingkuh dan punya cowok lain. Kamil juga berasal dari kampus yang sama dengan kami dan dia setahun belakangan masuk kuliahnya dari Rashid. Jadi mereka berdua adalah seniorku meski dua-duanya beda jurusan dari aku. Baik Rashid, Rani dan Kamil ketiganya berasal dari Jakarta.

Hari itu Rashid mengerjakan tugasnya di kampus sampai malam sedang aku dan Kamil asik mengobrol saja di depan kamar masing-masing. Pukul 8 malam, Rani datang dan menyapa kami. Kamil mengatakan bahwa Rashid masih di kampus dan kemungkinan akan pulang tengah malam. Mendengar itu Rani mengatakan akan menunggu di kamar Rashid saja. Mungkin Rashid belum memberitahunya sehingga Rani datang "terlalu cepat". Jaman itu komunikasi belum selancar sekarang karena belum jamannya HP maupun pager. Rani pun masuk ke dalam kamar Rashid dan menunggu pacarnya itu pulang. Rani memang punya kunci cadangan Rashid sehingga leluasa keluar-masuk kamarnya. Dan itu sering dilakukannya apalagi saat-saat itu ketika Rashid sibuk mengerjakan proyek tugas akhirnya di kampus. Hal ini sebenarnya tidak dibolehkan oleh ibu kost kami tapi ibu kost kami tidak mengetahuinya. Ibu kost sebenarnya melarang kami membawa tamu perempuan tapi dia tidak pernah mengontrol kegiatan kami di kamar masing-masing. Ketiga kamar kost kami ada diatas dan memiliki pintu belakang yang tidak bisa dilihat dari arah rumah utama dimana keluarga ibu kost tinggal.

Sejam kemudian, pukul 9 malam, aku dan Kamil masuk kamar masing-masing dan melakukan kegiatannya sendiri-sendiri. Sekitar pukul 10 malam aku turun kebawah maksudnya ingin mengambil air panas untuk membuat susu. Ketika aku di dapur aku mendengar ibu dan bapak kost sedang ada tamu. Aku bisa mendengar percakapan mereka. Dari pembicaraan yang kudengar sepertinya tamu tersebut adalah bapak dan ibunya Rashid. Wah gimana ini, pikirku. Mereka pasti akan naik ke kamar Rashid dan kalau sampai memergoki Rani didalamnya, bisa gawat urusannya. Aku tidak jadi mengambil air panas dan segera keatas dan berpikir untuk memberitahu Kamil. Biar dia yang memberitahu Rani karena dia lebih senior dari aku dan dia yang lebih mengenal Rashid serta Rani. Aku mengetuk kamar Kamil dan begitu dia membuka pintu aku segera memberitahu situasinya. Dia berpikir sebentar. Kemudian dia bukannya keluar untuk memberitahu Rani, malah masuk kembali ke kamarnya. "Tunggu sebentar", katanya. "Wah, gimana sih, kok malah masuk lagi", kataku. "Sebentar Ri", katanya lagi dari dalam kamarnya. Rasanya agak lama juga aku menunggu sampai akhirnya dia keluar sambil nyengir. "Ngapain bos?", tanyaku. "Ah enggak ga apa-apa", jawabnya. Kita ke kamar Rashid lalu Kamil pun mengetuknya. Tidak langsung dibuka sehingga Kamil harus mengetuknya lagi. Sementara itu di ujung bawah tangga sudah terdengar suara percakapan. Dari suaranya, aku segera tahu bahwa itu adalah suara bapak-ibunya Rashid dan bapak kost kami. Gawat, ini benar-benar gawat. Aku dan Kamil saling berpandang-pandangan dengan panik. "Ri, do something, lo kesana cegat mereka!", kata Kamil. "Trus ngapain?", tanyaku kebingungan. "Ngapain kek, ajak ngobrol kek, yang penting mereka jangan naik dulu. Udah kesono cepetan", perintahnya. Maka akupun berlari turun berpura-pura mau mengambil air panas dan dibawah diujung tangga aku bertemu mereka. Aku memang berhasil menahan mereka beberapa saat. Aku beritahu bahwa Rashid masih di kampus mengerjakan tugas sehingga bapak kost terpaksa balik ke depan untuk mengambil kunci cadangan. Sambil menunggu bapak kost, aku bercerita bahwa Rashid sedang sibuk karena tugas akhir yang dikerjakannya. Setelah bapak kost kembali dengan kunci cadangan, aku tidak bisa menahan mereka lebih lama karena mereka memang ingin segera naik. Aku juga tidak ingin menimbulkan kecurigaan dengan menghalang-halangi mereka naik.

Di bawah segera setelah aku mengisi termos kecilku akupun naik kembali ke atas. Di atas aku lihat bapak kost baru saja membuka pintu kamar Rashid dan menyilahkan kedua orang tua Rashid untuk masuk. "Hufff....sukurlah", pikirku, "situasinya sudah terselamatkan. Hampir saja". "Eh tapi kemana mba Rani ya?". Tidak mungkin dia keluar lewat pintu belakang karena aku tidak mendengar suara pintu belakang dibuka. Apalagi pintu belakang sudah digrendel. Setiap jam 9 malam, pintu belakang pasti di grendel sama orang rumah. Disamping itu dari arah ujung tangga bawah siapapun yang keluar masuk lewat pintu belakang pasti akan terlihat oleh orang tua Rashid dan bapak kost. Jadi kemana mba Rani ya?.

Pintu kamar Rashid telah ditutup dan aku mendengar suara orangtua Rashid yang entah mengomentari apa dalam kamar anak mereka. Aku juga tidak melihat Kamil. Apa mba Rani ngumpet di kamar Kamil? Yah pasti begitu, pikirku. Cuma itu kemungkinan yang paling baik dan paling masuk akal. Begitulah analisaku. Aku segera menemukan jawabannya karena Kamil keluar dari kamarnya menemuiku yang masih sibuk mengamati keadaan. Dia merangkulku dan membawaku agak menjauh. Dia berbicara padaku dengan suara pelan nyaris berbisik.
»»  baca selanjutnya...

Cerita Sex Aku dan Anak Majikanku

Lima bulan sudah aku bekerja sebagai seorang pembantu rumahtangga di keluarga Pak Rahadi. Aku memang bukan seorang yang makan ilmu bertumpuk, hanya lulusan SD. Tetapi karena niatku untuk bekerja memang sudah tidak bisa ditahan lagi, akhirnya aku pergi ke kota Surabaya, dan beruntung bisa memperoleh majikan yang baik dan bisa memperhatikan kesejahteraanku. Sering terkadang aku mendengar kisah tentang nasib beberapa orang pembantu rumah tangga di kompleks perumahan. Ada yang pernah ditampar majikannya, atau malah bekerja seperti seekor sapi perahan saja.

Ibu Rahadi pernah bilang bahwa beliau menerimaku menjadi pembantu rumahtangganya lantaran usiaku yang relatif masih muda. Beliau tak tega melihatku luntang-lantung di kota metropolis ini. “Jangan-jangan kamu nanti malah dijadikan wanita panggilan oleh para calo WTS yang tak bertanggungjawab.” Itulah yang diucapkan beliau kepadaku.

Usiaku memang masih 18 tahun dan terkadang aku sadar bahwa aku memang cantik, berbeda dengan para gadis desa asalku. Pantas saja jika Ibu Rahadi berkata begitu terhadapku.

Namun akhir-akhir ini ada sesuatu yang mengganggu pikiranku, yakni tentang perlakuan Mas Rizal terhadapku. Mas Rizal adalah anak bungsu keluarga Bapak Rahadi. Dia masih kuliah di semester 6, sedangkan kedua kakaknya telah berkeluarga. Mas Rizal baik dan sopan terhadapku, hingga aku jadi rikuh bila berada di dekatnya. Sepertinya ada sesuatu yang bergetar di tubuhku. Jika aku ke pasar, Mas Rizal tak segan untuk mengantarkanku. Bahkan ketika naik mobil aku tidak diperbolehkan duduk di jok belakang, harus di sampingnya. Ahh.. Aku selalu jadi merasa tak nikmat. Pernah suatu malam sekitar pukul 20.00, Mas Rizal hendak membikin mie instan di dapur, aku bergegas mengambil alih dengan alasan bahwa yang dilakukannya pada dasarnya adalah tugas dan kewajibanku untuk bisa melayani majikanku. Tetapi yang terjadi Mas Rizal justru berkata kepadaku, “Nggak usah, Santi. Biar aku saja, agak apa-apa kok..”

“Nggak.. nggak apa-apa kok, Mas”, jawabku tersipu sembari menyalakan kompor gas.

Tiba-tiba Mas Rizal menyentuh pundakku. Dengan lirih dia berucap, “Kamu sudah capek seharian bekerja, Santi. Tidurlah, besok kamu harus bangun khan..”

Aku hanya tertunduk tanpa bisa berbuat apa-apa. Mas Rizal kemudian melanjutkan memasak. Namun aku tetap termangu di sudut dapur. Hingga kembali Mas Rizal menegurku.

“Santi, kenapa belum masuk ke kamarmu. Nanti kalau kamu kecapekan dan terus sakit, yang repot kan kita juga. Sudahlah, aku bisa masak sendiri kalau hanya sekedar bikin mie seperti ini.”

Belum juga habis ingatanku saat kami berdua sedang nonton televisi di ruang tengah, sedangkan Bapak dan Ibu Rahadi sedang tidak berada di rumah. Entah kenapa tiba-tiba Mas Rizal memandangiku dengan lembut. Pandangannya membuatku jadi salah tingkah.

“Kamu cantik, Santi.”
Aku cuma tersipu dan berucap,
“Teman-teman Mas Rizal di kampus kan lebih cantik-cantik, apalagi mereka kan orang-orang kaya dan pandai.”
“Tapi kamu lain, Santi. Pernah tidak kamu membayangkan jika suatu saat ada anak majikan mencintai pembantu rumahtangganya sendiri?”
“Ah.. Mas Rizal ini ada-ada saja. Mana ada cerita seperti itu”, jawabku.
“Kalau kenyataannya ada, bagaimana?”
“Iya.. nggak tahu deh, Mas.”

Kata-katanya itu yang hingga saat ini membuatku selalu gelisah. Apa benar yang dikatakan oleh Mas Rizal bahwa ia mencintaiku? Bukankah dia anak majikanku yang tentunya orang kaya dan terhormat, sedangkan aku cuma seorang pembantu rumahtangga? Ah, pertanyaan itu selalu terngiang di benakku.

Tibalah aku memasuki bulan ke tujuh masa kerjaku. Sore ini cuaca memang sedang hujan meski tak seberapa lebat. Mobil Mas Rizal memasuki garasi. Kulihat pemuda ini berlari menuju teras rumah. Aku bergegas menghampirinya dengan membawa handuk untuk menyeka tubuhnya.

“Bapak belum pulang?” tanyanya padaku.
“Belum, Mas.”
“Ibu.. pergi..?”
“Ke rumah Bude Mami, begitu ibu bilang.”

Mas Rizal yang sedang duduk di sofa ruang tengah kulihat masih tak berhenti menyeka kepalanya sembari membuka bajunya yang rada basah. Aku yang telah menyiapkan segelas kopi susu panas menghampirinya. Saat aku hampir meninggalkan ruang tengah, kudengar Mas Rizal memanggilku. Kembali aku menghampirinya.

“Kamu tiba-tiba membikinkan aku minuman hangat, padahal aku tidak menyuruhmu kan”, ucap Mas Rizal sembari bangkit dari tempat duduknya.
“Santi, aku mau bilang bahwa aku menyukaimu.”
“Maksud Mas Rizal bagaimana?”

www.ceritastensil.com Cerita Sex Aku dan Anak Majikanku | Kategori : Umum

“Apa aku perlu jelaskan?” sahut Mas rizal padaku.

Tanpa sadar aku kini berhadap-hadapan dengan Mas Rizal dengan jarak yang sangat dekat, bahkan bisa dikatakan terlampau dekat. Mas Rizal meraih kedua tanganku untuk digenggamnya, dengan sedikit tarikan yang dilakukannya maka tubuhku telah dalam posisi sedikit terangkat merapat di tubuhnya. Sudah pasti dan otomatis pula aku semakin dapat menikmati wajah ganteng yang rada basah akibat guyuran hujan tadi. Demikian pula Mas Rizal yang semakin dapat pula menikmati wajah bulatku yang dihiasi bundarnya bola mataku dan mungilnya hidungku.

Kami berdua tak bisa berkata-kata lagi, hanya saling melempar pandang dengan dalam tanpa tahu rasa masing-masing dalam hati. Tiba-tiba entah karena dorongan rasa yang seperti apa dan bagaimana bibir Mas Rizal menciumi setiap lekuk mukaku yang segera setelah sampai pada bagian bibirku, aku membalas pagutan ciumannya. Kurasakan tangan Mas Rizal merambah naik ke arah dadaku, pada bagian gumpalan dadaku tangannya meremas lembut yang membuatku tanpa sadar mendesah dan bahkan menjerit lembut. Sampai disini begitu campur aduk perasaanku, aku merasakan nikmat yang berlebih tapi pada bagian lain aku merasakan nikmat yang berlebih tapi pada bagian lain aku merasakan takut yang entah bagaimana aku harus melawannya. Namun campuran rasa yang demikian ini segera terhapus oleh rasa nikmat yang mulai bisa menikmatinya, aku terus melayani dan membalas setiap ciuman bibirnya yang di arahkan pada bibirku berikut setiap lekuk yang ada di dadaku dijilatinya. Aku semakin tak kuat menahan rasa, aku menggelinjang kecil menahan desakan dan gelora yang semakin memanas.

Ia mulai melepas satu demi satu kancing baju yang kukenakan, sampailah aku telanjang dada hingga buah dada yang begitu ranum menonjol dan memperlihatkan diri pada Mas Rizal. Semakin saja Mas Rizal memainkan bibirnya pada ujung buah dadaku, dikulumnya, diciuminya, bahkan ia menggigitnya. Golak dan getaran yang tak pernah kurasa sebelumnya, aku kini melayang, terbang, aku ingin menikmati langkah berikutnya, aku merasakan sebuah kenikmatan tanpa batas untuk saat ini.

Aku telah mencoba untuk memerangi gejolak yang meletup bak gunung yang akan memuntahkan isi kawahnya. Namun suara hujan yang kian menderas, serta situasi rumah yang hanya tinggal kami berdua, serta bisik goda yang aku tak tahu darimana datangnya, kesemua itu membuat kami berdua semakin larut dalam permainan cinta ini. Pagutan dan rabaan Mas Rizal ke seluruh tubuhku, membuatku pasrah dalam rintihan kenikmatan yang kurasakan. Tangan Mas Rizal mulai mereteli pakaian yang dikenakan, ia telanjang bulat kini. Aku tak tahan lagi, segera ia menarik dengan keras celana dalam yang kukenakan. Tangannya terus saja menggerayangi sekujur tubuhku. Kemudian pada saat tertentu tangannya membimbing tanganku untuk menuju tempat yang diharapkan, dibagian bawah tubuhnya. Mas Rizal terdengar merintih.

Buah dadaku yang mungil dan padat tak pernah lepas dari remasan tangan Mas Rizal. Sementara tubuhku yang telah telentang di bawah tubuh Mas Rizal menggeliat-liat seperti cacing kepanasan. Hingga lenguhan di antara kami mulai terdengar sebagai tanda permainan ini telah usai. Keringat ada di sana-sini sementara pakaian kami terlihat berserakan dimana-mana. Ruang tengah ini menjadi begitu berantakan terlebih sofa tempat kami bermain cinta denga penuh gejolak.

Ketika senja mulai datang, usailah pertempuran nafsuku dengan nafsu Mas Rizal. Kami duduk di sofa, tempat kami tadi melakukan sebuah permainan cinta, dengan rasa sesal yang masing-masing berkecamuk dalam hati. “Aku tidak akan mempermainkan kamu, Santi. Aku lakukan ini karena aku mencintai kamu. Aku sungguh-sungguh, Santi. Kamu mau mencintaiku kan..?” Aku terdiam tak mampu menjawab sepatah katapun.

Mas Rizal menyeka butiran air bening di sudut mataku, lalu mencium pipiku. Seolah dia menyatakan bahwa hasrat hatinya padaku adalah kejujuran cintanya, dan akan mampu membuatku yakin akan ketulusannya. Meski aku tetap bertanya dalam sesalku, “Mungkinkah Mas Rizal akan sanggup menikahiku yang hanya seorang pembantu rumahtangga?”

Sekitar pukul 19.30 malam, barulah rumah ini tak berbeda dengan waktu-waktu kemarin. Bapak dan Ibu Rahadi seperti biasanya tengah menikmati tayangan acara televisi, dan Mas Rizal mendekam di kamarnya. Yah, seolah tak ada peristiwa apa-apa yang pernah terjadi di ruang tengah itu.

Sejak permainan cinta yang penuh nafsu itu kulakukan dengan Mas Rizal, waktu yang berjalanpun tak terasa telah memaksa kami untuk terus bisa mengulangi lagi nikmat dan indahnya permainan cinta tersebut. Dan yang pasti aku menjadi seorang yang harus bisa menuruti kemauan nafsu yang ada dalam diri. Tak peduli lagi siang atau malam, di sofa ataupun di dapur, asalkan keadaan rumah lagi sepi, kami selalu tenggelam hanyut dalam permainan cinta denga gejolak nafsu birahi. Selalu saja setiap kali aku membayangkan sebuah gaya dalam permainan cinta, tiba-tiba nafsuku bergejolak ingin segera saja rasanya melakukan gaya yang sedang melintas dalam benakku tersebut. Kadang aku pun melakukannya sendiri di kamar dengan membayangkan wajah Mas Rizal. Bahkan ketika di rumah sedang ada Ibu Rahadi namun tiba-tiba nafsuku bergejolak, aku masuk kamar mandi dan memberi isyarat pada Mas Rizal untuk menyusulnya. Untung kamar mandi bagi pembantu di keluarga ini letaknya ada di belakang jauh dari jangkauan tuan rumah. Aku melakukannya di sana dengan penuh gejolak di bawah guyuran air mandi, dengan lumuran busa sabun di sana-sini yang rasanya membuatku semakin saja menikmati sebuah rasa tanpa batas tentang kenikmatan.

Walau setiap kali usai melakukan hal itu dengan Mas Rizal, aku selalu dihantui oleh sebuah pertanyaan yang itu-itu lagi dan dengan mudah mengusik benakku: “Bagaimana jika aku hamil nanti? Bagaimana jika Mas Rizal malu mengakuinya, apakah keluarga Bapak Rahadi mau merestui kami berdua untuk menikah sekaligus sudi menerimaku sebagai menantu? Ataukah aku bakal di usir dari rumah ini? Atau juga pasti aku disuruh untuk menggugurkan kandungan ini?” Ah.. pertanyaan ini benar-benar membuatku seolah gila dan ingin menjerit sekeras mungkin. Apalagi Mas Rizal selama ini hanya berucap: “Aku mencintaimu, Santi.” Seribu juta kalipun kata itu terlontar dari mulut Mas Rizal, tidak akan berarti apa-apa jika Mas Rizal tetap diam tak berterus terang dengan keluarganya atas apa yang telah terjadi dengan kami berdua.

Akhirnya terjadilah apa yang selama ini kutakutkan, bahwa aku mulai sering mual dan muntah, yah.. aku hamil! Mas Rizal mulai gugup dan panik atas kejadian ini.

“Kenapa kamu bisa hamil sih?” Aku hanya diam tak menjawab.
“Bukankah aku sudah memberimu pil supaya kamu nggak hamil. Kalau begini kita yang repot juga..”
“Kenapa mesti repot Mas? Bukankah Mas Rizal sudah berjanji akan menikahi Santi?”
“Iya.. iya.. tapi tidak secepat ini Santi. Aku masih mencintaimu, dan aku pasti akan menikahimu, dan aku pasti akan menikahimu. Tetapi bukan sekarang. Aku butuh waktu yang tepat untuk bicara dengan Bapak dan Ibu bahwa aku mencintaimu..”

Yah.. setiap kali aku mengeluh soal perutku yang kian bertambah usianya dari hari ke hari dan berganti dengan minggu, Mas Rizal selalu kebingungan sendiri dan tak pernah mendapatkan jalan keluar. Aku jadi semakin terpojok oleh kondisi dalam rahim yang tentunya kian membesar.

Genap pada usia tiga bulan kehamilanku, keteguhkan hatiku untuk melangkahkan kaki pergi dari rumah keluarga Bapak Rahadi. Kutinggalkan semua kenangan duka maupun suka yang selama ini kuperoleh di rumah ini. Aku tidak akan menyalahkan Mas Rizal. Ini semua salahku yang tak mampu menjaga kekuatan dinding imanku.

Subuh pagi ini aku meninggalkan rumah ini tanpa pamit, setelah kusiapkan sarapan dan sepucuk surat di meja makan yang isinya bahwa aku pergi karena merasa bersalah terhadap keluarga Bapak Rahadi.

Hampir setahun setelah kepergianku dari keluarga Bapak Rahadi, Aku kini telah menikmati kehidupanku sendiri yang tak selayaknya aku jalani, namun aku bahagia. Hingga pada suatu pagi aku membaca surat pembaca di tabloid terkenal. Surat itu isinya bahwa seorang pemuda Rizal mencari dan mengharapkan isterinya yang bernama Santi untuk segera pulang. Pemuda itu tampak sekali berharap bisa bertemu lagi dengan si calon isterinya karena dia begitu mencintainya.

Aku tahu dan mengerti benar siapa calon isterinya. Namun aku sudah tidak ingin lagi dan pula aku tidak pantas untuk berada di rumah itu lagi, rumah tempat tinggal pemuda bernama Rizal itu. Aku sudah tenggelam dalam kubangan ini. Andai saja Mas Rizal suka pergi ke lokalisasi, tentu dia tidak perlu harus menulis surat pembaca itu. Mas Rizal pasti akan menemukan calon istrinya yang sangat dicintainya. Agar Mas Rizal pun mengerti bahwa hingga kini aku masih merindukan kehangatan cintanya. Cinta yang pertama dan terakhir bagiku.
»»  baca selanjutnya...

Terkena Ilmu Hitam

Aku kenal Sarah ketika pulang dari rumah Oom Dhar. Perjalanan Jakarta – Semarang kami tempuh dengan naik pesawat. Tak ada yang istimewa dari perjalanan itu selain aku bisa berkenalan dengan salah seorang pramugarinya yang sexy. Namanya Sarah, tubuhnya sedikit kurus tapi buah dadanya montok banget. Sebenarnya kulit tubuhnya agak gelap, tapi tak apalah, kesannya kayak cewek latin. Aku berpura-pura pergi ke toilet, tapi sebenarnya menemui cewek pramugari itu. Langsung saja aku ajak cewek itu berkenalan dan sok ramah tamah memberikan nomor HP. Dari situah aku tahu bahwa Sarah yang berumur 28 tahun itu sudah menjanda tanpa anak. Dan akupun jadi tahu kalau Sarah hidup sendiri di sebuah rumah di daerah Bintaro.

Ketika pesawatnya mendarat segera aku berpura-pura tidak bisa melepas sabuk pengamannya. Dengan senyum penuh pengertian Sarah datang membantu, tentu saja diiringi dengan ledekan keluargaku.

“Mbak bisa bantu lepaskan sabuk pengaman saya.” pintaku.

“Oh iya, tentu saja. Penerbangan pertama yah?” kata Sarah ramah.

“Iya, begitulah.” jawabku.

“Yah.. begitulah..” ledek Ingrid adikku yang kemudian segera aku pelototi.

Keluarga segera turun lebih dulu seakan memberikan kesempatan padaku. Itulah yang aku suka dari keluargaku, selalu pengertian. Sehingga akupun memiliki kesempatan ketiga,

“Geni abang napsu abang, manjingo ing jabang bayine Dony Bara. Geni abang napsu abang, manjingo ing jabang bayine wanito ing netro. Geni abang napsu abang, lebur dadi siji ing lebur jiwo. Leburen jiwane manungal ing jabang bayine Dony Bara. Lebur.. lebur.. lebur..”

“Mbak Sarah..”

Sarah yang masih sibuk melepaskan sabuk pengamanku yang segaja aku belitkan sebelumnya. Dan fuuhh.. tepat ketika dia memandangku.

“Apa kita bisa ketemuan habis ini?” tanyaku kemudian.

“Oh.. ah.. iya.” jawabnya sedikit linglung.

“Dimana?” tanyaku lagi.

Dengan terburu-buru Sarah menyelipkan selembar kartu nama ke saku hemku dengan berbisik,

“Jam tujuh.”

Lalu segera berlalu dengan kerlingan matanya yang indah. Dan akupun segera berlalu menyusul keluargaku yang telah menunggu.

Jam tujuh malam. Aku sudah berada di depan rumah mungil bercat hijau itu. Aku ketuk pintunya perlahan. Sarah membukakan pintunya dengan senyum merekah.

“Hai Don, aku tak sabar menunggumu.”

Aku segera masuk ke dalam ruang tamunya yang tak begitu luas tapi tertata apik. Tapi aku lebih tertarik pada Sarah yang sexy. Apalagi Sarah langsung saja menarikku ke dalam kamarnya yang hangat.

“Aku sangat tersanjung dengan penyambutanmu, Sarah.” kataku kemudian duduk di daybed dekat jendela kamar.

“Bagaimana menurutmu dengan penampilanku, Don?”

“Lingerin itu sangat cantik kau kenakan. Aku bisa melihat tubuhmu yang indah.” kataku memandangi Sarah yang membelai setiap lekuk tubuhnya dari wajah sampai pahanya yang terbalut lingerin merah menyala yang cool tipis.

“Laluu..?” desahnya menggugah birahiku.

“Aku bisa memandangi dadamu yang kencang dan montok itu hingga menjadi gila.” kataku memandangi Sarah yang meremas-remas kedua buah dadanya yang bersembunyi di balik lingerin yang membuat Sarah nampak semakin adult itu.

“Ooohh.. laluu..” desahnya memacu libidoku.

“Aku bissa memandangi perutmu yang langsing hingga aku makin bergairah padamu..” kataku sambil memandangi Sarah yang membelai perutnya yang langsing terbuka tanpa terbalut kain apapun hingga membuat jantungku berdetak keras.

“Laluu.. Doonn..” desahnya membuat nafasku tersengal.

“Aku bisa memandangi pahamu yang sekal sampai aku merasa ingin selalu membelainyaa..” kataku sambil memandangi Sarah yang mengelus pahanya yang terbalut stoking tipis di atas kursi.

“Lalu.. apalagi Donn..” desahnya semakin panjang.

“Aku.. bisa memandangi bokongmu yang padat dan kenyal sampai.. membuat air liurku bagai menetes.” kataku sambil memandangi Sarah yang meremas kedua bokongnya yang sengaja menungging memancing gairahku yang semakin membakar.

“Teruss.. apalagi Doonnyy..” erang Sarah.

“Aku bisa..”

“Bissa apaa.. sayaanng..” desah Sarah sambil membuka resleting lingerinnya yang melingkar menutupi bagian kemaluannya.

“Aku.. bisa.. memandangi pussymu.. yang ingin aku korek dengan nagakuu.. manis..” kataku sambil melucuti kaos dan celana jeansku.

Segara saja aku menyergapnya, dan kami bercumbu dengan penuh gairah. Kami berciuman, beradu lidah dan bergantian mengisapnya. Kuciumi semua permukaan wajahnya dan kujilati semua lekuk wajahnya. Hingga lidah Sarah menjulur menjilat lidahku lalu menghisapnya kuat-kuat.

“Aaacchh.. Sarf.. ummhh..” desahku dengan nafas tersendat-sendat menahan gemuruhnya kawah birahi yang seakan ingin meluap.

Tanganku tak diam. Membelai kelangsingan perutnya, punggungnya, dan meremas-remas bokong Sarah yang padat. Kemudian tanganku membelai vaginanya yang menyembul dari lingerinnya yang melekat ketat di tubuhnya. Jari manis dan telunjukku merenggangkan pinggiran vagina Sarah. Lalu jari tengahku menekan-nekan klitorisnya dengan penuh sampai membuatnya mendengus manja.

“Oooh.. sshh.. terus.. say.. iya.. enak disitu.. uuhh..!”

Lendir kenikmatan Sarah membasah di jari-jariku. Gerakannya menggila meremas-remas rambut dikepalaku yang serasa mau rontok saja. Lalu jemari Sarah menurun membelai-belai punggungku dan cumbuannya beralih pada dadaku yang berbulu kemudian menciumi kedua puting susuku yang kecil dan dihisapnya penuh perasaan.

“Aaahh..” pekikku penuh dengan perasaan yang sebelumnya tak pernah ada.

Baru kali ini puting susuku dihisap oleh cewek dan rasanya.. geli dan nikmat banget. Sekali kesempatan aku buka resleting lingerinnya dan Sarahpun menarik perlahan lingerin itu seiring cumbuannya pada daerah sekitar perutku. Darahku bagai berhenti mengalir ketika Sarah menghisap pusarku lalu menjilati lubangnya dengan lidahnya.

“Aachh.. Sarf.. kamu pintar sayang..” mulutku menceracau tak karuan.

“Ssst.. tenanglah say.. aku akan menikmatkanmu..” ujarnya sambil merosot CDku. Dan dengan sigap disepongnya penisku yang sudah penuh dengan tegangan tinggi itu.

“Ssooff.. ahh.. enak say.. sambil mainkan buahnya say.. aduh nikmatnya.. ohh..” erangku penuh emosi birahi.

Saking tak tahannya aku terduduk kembali di daybed dan Sarah mengikuti dengan berjongkok dengan tubuhnya yang sudah bugil itu. Seluruh persendiaku terasa mau pecah oleh permainan lidah Sarah yang menjilat-jilat ujung penisku yang merah membara dan permainan bibirnya ketika tangan Sarah membimbing penisku masuk keluar rongga mulutnya. Reflek kutarik dan kumasukkan kembali penisku ke arah mulutnya berulang kali. Sedangkan tanganku mulai sibuk mencari-cari payudara Sarah yang menggelantung di dadanya. Ah.. eh.. desah Sarah di sela-sela penisku merasakan setiap cubitan-cubitan kecil di puting susunya. Ketika aku meremas-remasnya, terasa begitu kenyal daging yang tumbuh tak proporsional dengan badan Sarah itu.

Permainan lidah Sarah semakin menjadi-jadi hingga membuat nafasku seakan tak bisa mengimbangi semangatnya. Sarah terus mengenyot-ngenyot penisku dan menekan-nekannya sambil mempermainkan buah zakarku. Mendadak saja aku merasakan bahwa magmaku ingin menyembur keluar.

“Aduh.. sayy.. aku hampir nyampe.. aku tekan yaa..”

Sarah mengeluarkan batang penisku dari mulutnya dan aku segera menekannya lalu croot.. croot.. air maniku keluar banyak banget dan menyembur ke wajah Sarah, seluruhnya. Cairan putih kental itu nampak menjijikkan. Tapi Sarah dengan nikmat menjilatinya. Aku mengelap mukanya dengan lingerinnya. Sarah kembali melumat 1/2 bagian penisku lalu menghisapnya hingga air maniku habis keluar.

“Mmmhh.. ahh.. spermamu enak say..” katanya sambil mengocok ngocok penisku di dalam mulutnya. Penisku kembali bangun dan menyodok-nyodok rongga mulut Sarah. Makin absolutist muka Sarah nampak memerah nafasnya berat dan mendesah-desah.

“Shh.. aahh.. ahh.. Doonn aku hampir sampai nih..” katanya sambil mendongak kearahku.

“Kamu nungging bell sayang..” kataku. Sarah segera menunging membelakangiku. Tanganku berpegangan pada payudara Sarah yang menggantung bebas sedangkan Sarah menjadikan pahaku sebagai pegangan. Setelah siap segera aku mengambil ancang-ancang menyodokkan penisku kearah lubang vaginanya yang licin dan basah.

Sleepp.. bless.. aku langsung memasukkan batang penisku terburu-buru. Kepala penisku dengan mudah menembus lorong kawin Sarah yang tak perawan lagi itu.

“Aachh.. uhh..” pekiknya membakar gairahku. Kutekan penisku agar menghunjam lebih dalam lagi. Dan akupun segera menggoyangnya dari belakang.

“Aduh Donn.. enak terus.. yang cepat say.. shh.. ahh.. oohh..!”

Ssuurr.. lendir kenikmatan Sarah menghangat di sekujut penisku. Segera kutarik dan kumasukkan kembali batang penisku kearah vaginanya. Sarah semakin menceracau ketika aku kembali menggoyangnya dan diapun menggoyangkan bokongnya. Tangannya menuntunku meremas-remas payudaranya yang semakin besar dan kencang karena bengkak.

“Iya.. gitu yang.. remas terus..”

“Kita kekasur yuk say..” kataku.

Sarahpun menurut dan segera menghempaskan tubuhnya terlentang di kasur. Aku segera berjongkok di atas perutnya dan mencumbui sekwildanya sedangkan naga kecilku ikut-ikutan menusuk-nusuk susu Sarah. Aku remas-remas payudara Sarah itu dengan sedikit kasar tapi menggairahkan buktinya Sarah menggeliat-geliat merasakan amukan badai cinta. Aku remas terus kedua buah dada yang mengeras itu sambil sekali-kali menekan-nekan putingnya. Sarah mendesis-desis,

“Sayang.. kamu hot banget..”

Aku membalas ucapan Sarah dengan ciuman di bibirnya. Mau tak mau tubuh kami mendekat hingga naga kecilku menempel diulu hatinya. Kemudian Sarah menangkapnya lalu membelainya dengan mesra. Birahiku kembali meluap.

“Sarah.. sayang.. payudara kamu kok gede banget sih say..” kataku kemudian.

“Penny kamu juga gede Don.. aku suka..” jawab Sarah menggelitiki ujung kepala penisku.

“Aachh.. kamu nakal. Aku makan nih ehmm..”

Langsung saja aku kulum puting payudara Sarah. Cewek itu melenguh menggenggam-genggam penisku. Aku segera membalasnya dengan menghisap payudaranya kuat-kuat.

“Ohh Donny.. kamu panas banget.. ohh..” desah Sarah sambil meremas penisku sampai rasanya ingin remuk. Aku serang payudaranya semakin garang. Aku terdengar detak jantungnya yang memburu berpacu dengan naluri bercinta kami. Tangan kiriku segera bekerja menyusuri goa kemaluan Sarah yang semakin becek aku telusuri lorong-lorong sempitnya, aku pelintir juga clitorisnya yang berdenyut-denyut. Tiba-tiba Sarah mengerang,

“Achh.. uuhh.. Donny.. entotin aku lagi say..” pinta Sarah.

Tapi aku belum puas bermain-main. Segera kuangkat tubuh Sarah, lalu kuletakkan bantal dibawah pantatnya. Nampak paha mulus Sarah masih terbalut stocking tipis. Terlihat pula goa kenikmatan Sarah yang berbulu tipis licin mengkilap. Penisku makin menegang. Sarah mengerang saat jari telunjukku menguak kedua dindingnya yang merah. Otot pahanya meregang saat kujilati bagian dalamnya dan menusuk-nusuknya.

“Aaahh.. sstt.. oohh..!” rintih Sarah tiada aku perdulikan aku segera menghisap clitorisnya.

“Ouuwww.. ooh.. sshh.. say.. cepet masukin!” rintihan kenikmatannya kali ini terdengar nyaris seperti jeritan.

Tiada tega aku mendengarnya maka segera saja aku tekan penisku memasuki lubang kawinnya yang menganga. Bless.. masuk! Segera saja aku pompa masuk keluar masuk keluar lalu berputar.

“Ogghh.. terus sayang.. nikmat sayang.. terus sayangg..”

Aku terus memompa sampai rasanya lubang kawin Sarah berdenyut-denyut. Dan tak absolutist kemudian kami merasa akan mencapai oragasme lagi.

“Ssshhtt.. aahh..” rintih Sarah.

“Hoohh.. aahh..” erangku bagai teriakan.

Aku cabut penisku dari vagina Sarah. Lalu kami terlentang diatas kasur empuk itu. Bau keringat kami berbaur, demikianpun bau lendir-lendir kenikmatan kami. Nafas kami berangsur accustomed kembali.

“Don, makasih ya kamu mau capital denganku malam ini.”

“Makasih juga sama pussymu yang memuaskanku malam ini, Sar.”

Malam itulah kali pertama aku capital sex sama cewek yang bukan perawan. Rasanya lain banget, tapi Sarah istimewa hingga kemudian aku merasa belum saatnya menghapus lebur jiwo dari diri Sarah. Aku ingin mengulanginya lain hari.
»»  baca selanjutnya...

Apa sih enaknya emut toket!!

Studi yang dimuat di New England Journal of Medicine tersebut mengatakan bahwa menatap buah dada yang seksi selama 10 menit bisa disamakan dengan latihan aerobik selama 30 menit. Penelitian dilakukan oleh Dr. Karen Bouncer dan koleganya di tiga rumah sakit di Frankfurt ,Jerman, yang melibatkan 200 lelaki.

Lalu menurut VOC'er sekalian ada gak sih manfaat emutin toket cewek??
»»  baca selanjutnya...

Situs Gratis Full 100%

»»  baca selanjutnya...

Backdoor password adult paysite

Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.
»»  baca selanjutnya...

Password Gratis masuk situs Reality Wife

Copy Paste link ini di Browser anda::

 
http://www.realitywife.com/members/index.htm

begitu anda buka link itu, silahkan klik OK tanpa mengisi username dan passwordnya


selamat mencoba
»»  baca selanjutnya...

Jual Alat bantu Kesehatan/seksual Untuk pasutri

BAgi kalian yang Kepingin Cari kado tapi Kepingin Benar2 Unik?tapi bingung? ataukah anda ingin mencari sesuatu yang beda?
jawabnya disini
mungkin ada beberapa dari kalian msh malu bertanya,
silahkan bertanya akan kami layani dengan senang hati karena bagi kami kepuasan pelanggan adalah yang utama.
Untuk privacy kita berani jamin 100% aman
Kunjungi

BURSA ALAT BANTU KESEHATAN
Om Moderator mau minta izin buka lapak yah...
:D
Btw.. untuk modifikasi'er jangan ragu dan takut untuk memesan,
karena HkToySHop ga pernah buat kecewa....
Barang yg dipesan pasti sampai nya cepat dan barang sesuai pesanan...

Stock HkToyShop banyak,
dan semua nya Hygienis dan 100% baru,


OFFICIAL HkToyShop WEBSITE:



Berikut adalah produk2 kesehatan HkToySHop :

SILIKON BOTOL

ada BARANG BARU dan unik nih… Namanya Silikon Botol..
Gunanya sebagai alat bantu cowo2 untuk masturbasi….
Rasanya lebih enak daripada masturbate pake tangan, dan tangan gak cape… hehee…
Yg specialnya waktu ejakulasi nya… Rasa nya uenak buanget, sama kayak ML yg ejaculasi nya di dlm vagina…
Silikon botolnya bisa dipake berulang kali.

Harga Rp. 150.000,-


Silahkan Dicoba... Untuk yg sudah mencoba tolong testi nya....
Baca terus update... bnyk barang2 baru...



T E N G A
TENGA adalah produk asli buatan jepang,
yang terbuat dari material terbaik.

Karena yang menciptakan nya orang jepang,
maka anda dapat membayangkan
betapa perfect nya barang yang diciptakan,
pasti melalui banyak research yang dilakukan,
dan waktu yg cukup lama untuk menciptakan nya



A short brief description about the product

Setiap Produk TENGA, memberikan sensasi yang berbeda2, seperti:
Woman on Top (WOT)
Man on Top (MOT)
Blow Job
Double Hole
Sitting Position


bentuk dan susunan di dalam setiap produk pun berbeda
disesuaikan dengan sensasi yang diberikan

Tidak kalah penting nya...
TENGA ONA CUP ini juga sudah dilengkapi dengan cairan,
dimana cairan yang digunakan juga berbeda dengan lubricant2 biasa
feels dari lubricant ini juga mengagumkan,
sama seperti cairan dari Ms.V yang sedang tinggi birahi nya
»»  baca selanjutnya...

lebih baik POSITIF atau NEGATIF

di suatu malem inem pembantu w sama inah pembantu tetangga w lagi pada ngobrol.
inem : nah kemaren si bejo dateng ke kamar w terus perkosa w
inah : kurang ajar si bejo
inem : terus gimana ?
inah : cek aja dulu, lu beli alat pengukuer hamil, yaudha lu sabar ya nem besok kita liat hasilnya

keesokan harinya inempun memebeli alat pengekur hamil tersebut
lalu setelah mengikuti cara caranya ternyata hasilnya POSITIF, namuun inem bingung,
kemudian ia bertanya kepada tuanya yaitu w


inem : tuan lebih baik NEGATI atau POSITIF
w : tergantung
inem : kalo ketemu orang yang gak di kenal
w : Lebih baik kamu NEGATIVE thinking dari pada kamu POSITIVE hamil.
inem : jadi lebih baik negatif
w : ya iya lah


sambil berjalan keluar inem pun berkata untung aja gak negatif



maaf kalo ceritanya

»»  baca selanjutnya...

Tante LENA Yang montok

Dimana kali ini merupakan pengalaman bercinta yang pernah aku alamin pada masa mau keluar dari kuliah.
Petualangan cinta dengan tante LENA merupakan sebuah pengalaman sex yang tidak bisa aku lupakan
karena hal ini aku bisa melakukan bercinta dengan tante yang melebihi usiaku pada saat ini
yang mengijak ke 25 tahun dan tante LENA ber umur 32 tahun tapi masih kelihatan seumuran dengan ku.
memang tante ini suka merawat tubuhnya disalon dan rutin dengan olah raga jadi masih kelihatan muda sekali.
Oh ya perkenalkan namaku Djoel ceritaku ini merupakan sebuah pengalaman pribadi dan aku ingin berbagi
kepada kalian SEMPROTERS

Tante LENA mempunyai wajah yang cantik dengan rambut sebahu. Kulitnya putih bersih. Selain itu yang
membuatku selama ini terpesona adalah payudara tante LENA yang luar biasa montok. Perkiraanku payudaranya
berukuran 36C. Ditambah lagi pinggul aduhai yang dimiliki oleh janda cantik itu. Bodi tante LENA yang indah itulah
yang membuatku tak dapat menahan birahiku dan selalu berangan-angan bisa menikmati tubuhnya yang padat berisi.
Setiap melakukan onani, wajah dan tubuh tetanggaku itu selalu menjadi inspirasiku.

Pagi itu jam sudah menunjukan angka tujuh. Aku sudah bersiap untuk berangkat ke kampus.
Motor aku jalankan pelan keluar dari gerbang rumah. Dikejauhan aku melihat sosok seorang
wanita yang berjalan sendirian. Mataku secara reflek terus mengikuti wanita itu. Maklum aja,
aku terpesona melihat tubuh wanita itu yang menurutku aduhai, meskipun dari belakang.
Pinggul dan pantatnya sungguh membuat jantungku berdesir. Saat itu aku hanya menduga-duga
kalau wanita itu adalah tante LENA.
Bersamaan dengan itu, celanaku mulai agak sesak karena kontolku mulai tidak bisa diajak kompromi
alias ngaceng berat. Perlahan-lahan motor aku arahkan agak mendekat agar yakin bahwa wanita itu adalah tante LENA.

“Eh tante LENA. Mau kemana tante?” sapaku.

Tante LENA agak kaget mendengar suaraku. Tapi beliau kemudian tersenyum manis dan membalas sapaanku.

“Ehm.. Kamu Djoel. Tante mau ke kantor. Kamu mau ke kampus?” tante LENA balik bertanya.

“Iya nih tante. Masuk jam delapan. Kalau gitu gimana kalau tante saya anter dulu ke kantor?

Kebetulan saya bawa helm satu lagi,” kataku sambil menawarkan jasa dan berharap tante LENA

tidak menolak ajakanku.

“Nggak usah deh, nanti kamu terlambat sampai kampus lho”

Suara tante LENA yang empuk dan lembut sesaat membuat penisku semakin menegang.

“Nggak apa-apa kok tante. Lagian kampus saya kan sebenarnya dekat,”

kataku sambil mataku selalu mencuri pandang ke seluruh tubuhnya yang pagi itu mengenakkan bletzer
dan celana panjang. Meski tertutup oleh pakaian yang rapi, tapi aku tetap bisa melihat kemontokan
payudaranya yang lekukannya tampak jelas.

“Benar nih Djoel mau nganterin tante ke kantor?

Kalau gitu bolehlah tante bonceng kamu,” kata tante LENA sambil melangkahkan kakinya diboncengan.

Aku sempat agak terkejut karena cara membonceng tante yang seperti itu. Tapi bagaimanapun aku tetap
diuntungkan karena punggungku bisa sesekali merasakan empuknya payudara tante yang memang sangat aku kagumi.
Apalagi ketika melewati gundukan yang ada di jalan, rasanya buah dada tante semakin tambah menempel di punggungku.
Pagi itu tante LENA aku anter sampai ke kantornya. Dan aku segera menuju ke kampus dengan perasaan senang.

Waktu itu hari sabtu. Kebetulan kuliahku libur. Tiba-tiba telepon di sebelah tempat tidurku berdering.
Segera saja aku angkat. Dari seberang terdengar suara lembut seorang wanita.

“Bisa bicara dengan Djoel?”

“Iya saya sendiri?” jawabku masih dengan tanda tanya karena merasa asing dengan suara ditelepon.

“Selamat pagi djoel. Ini tante LENA...!,” aku benar-benar kaget bercampur aduk.

“Se.. Selamat.. Pa.. Gi tante. Wah tumben nelpon saya. Ada yang bisa saya bantu tante?” kataku agak gugup.

“Pagi ini kamu ada acara nggak djoel?

Kalau nggak ada acara datang ke rumah tante ya. Bisa kan?” Pinta tante Keny dari ujung telepon.

“Eh.. Dengan senang hati tante. Nanti sehabis mandi saya langsung ke tempat tante,” jawabku.

Kemudian sambil secara reflek tangan kiriku memegang kontolku yang mulai membesar karena membayangkan tante LENA.

“Baiklah kalau begitu. Aku tunggu ya. Met pagi djoel.. Sampai nanti!”

suara lembut tante LENA yang bagiku sangat menggairahkan itu akhirnya hilang diujung tepelon sana.

Pagi itu aku benar-benar senang mendengar permintaan tante LENA untuk datang ke rumahnya. Dan pikiranku nglantur kemana-mana.
Sementara tanganku masih saja mengelus-elus penisku yang makin lama, makin membesar sambil membayangkan
jika yang memegang kontolku itu adalah tante LENA. Karena hasratku sudah menggebu,
maka segera saja aku lampiaskan birahiku itu dengan onani.

Aku bayangkan aku sedang bersetubuh dengan tante LENA yang sudah telanjang bulat sehingga payudaranya yang montok
menunggu untuk dikenyot dan diremas. Mulut dan tanganku segera menyapu seluruh tubuh Tante LENA.

“Tante.. Tubuhmu indah sekali. Payudaramu montok sekali tante. Aaah.. Ehs.. Ah,”
mulutku mulai merancau membayangkan nikmatnya ML dengan tante LENA.

Jarum jam sudah menunjuk ke angka 8 lebih 30 menit. Aku sudah selesai mandi dan berdandan.

“Nah, sekarang saatnya berangkat ke tempat tante LENA. Aku sudah nggak tahan pingin lihat kemolekan
tubuhmu dari dekat sayang,” gumamku dalam hati.

Kulangkahkan kakiku menuju rumah tante LENA yang hanya berjarak 100 meter aja dari rumahku.
Sampai di rumah janda montok itu, segera saja aku ketuk pintunya.

“Ya, sebentar,” sahut suara seorang wanita dari dalam yang tak lain adalah tante LENA.

Setelah pintu dibuka, mataku benar-benar dimanja oleh tampilan sosok tante LENA yang aduhai dan berdiri persis di hadapanku.
Pagi itu tante mengenakan celana street hitam dipadu dengan atasan kaos ketat berwarna merah dengan belahan lehernya
yang agak ke bawah. Sehingga nampak jelas belahan yang membatasi kedua payudaranya yang memang montok luar biasa.
Tante LENA kemudian mengajakku masuk ke dalam rumahnya dan menutup serta mengunci pintu kamar tamu.
Aku sempat dibuat heran dengan apa yang dilakukan janda itu.

“Ada apa sih tante, kok pintunya harus ditutup dan dikunci segala?” tanyaku penasaran.

Senyuman indah dari bibir sensual tante LENA mengembang sesaat mendengar pertanyaanku.

“Oh, biar aman aja. Kan aku mau ajak kamu ke kamar tengah biar lebih rilek ngobrolnya sambil nonton TV,”
jawab tante LENA seraya menggandeng tanganku mengajak ke ruangan tengah.

Sebenarnya sudah sejak di depan pintu tadi penisku tegang karena terangsang oleh penampilan tante LENA.
Malahan kali ini tangan halusnya menggenggam tanganku, sehingga kontolku nggak bisa diajak kompromi
karena semakin besar aja. Di ruang tengah terhampar karpet biru dan ada dua bantal besar diatasnya.
Sementara diatas meja sudah disediakan minuman es sirup berwarna merah. Kami kemudian duduk berdampingan.

“Ayo djoel diminum dulu sirupnya,” kata tante padaku.

Aku kemudian mengambil gelas dan meminumnya.

“djoel. Kamu tahu nggak kenapa aku minta kamu datang ke sini?”
tanya tante Ken sambil tangan kanan beliau memegang pahaku hingga membuatku terkejut dan agak gugup.

“Ehm.. Eng.. Nggak tante,” jawabku.

“Tante sebenarnya butuh teman ngobrol....

Maklumlah anak-anak tante sudah jarang sekali pulang karena kerja mereka di luar kota dan harus sering menetap disana.
Jadinya ya.. Kamu tahu sendiri kan, tante kesepian. Kira-kira kamu mau nggak jadi teman ngobrol tante?

Nggak harus setiap hari kok..!,” kata tente Ken seperti mengiba.

Dalam hati aku senang karena kesempatan untuk bertemu dan berdekatan dengan tante akan terbuka luas.
Angan-angan untuk menikmati pemandangan indah dari tubuh janda itu pun tentu akan menjadi kenyataan.

“Kalau sekiranya saya dibutuhkan, ya boleh-boleh aja tante.
Justru saya senang bisa ngobrol sama tante.
Biar saja juga ada teman. Bahkan setiap hari juga nggak apa kok”

Tante tersenyum mendengar jawabanku.

Akhirnya kami berdua mulai ngobrol tentang apa saja sambil menikmati acara di TV.
Enjoi sekali. Apalagi bau wangi yang menguar dari tubuh tante membuat angan-anganku semakin melayang jauh.

“djoel, udara hari ini panas ya? Tante kepanasan nih.

Kamu kepanasan nggak?” tanya tante LENA yang kali ini sedikit manja.

“Ehm.. Iya tante. Panas banget.

Padahal kipas anginnya sudah dihidupin,”
jawabku sambil sesekali mataku melirik buah dada tante yang agak menyembul,
seakan ingin meloncat dari kaos yang menutupinya.

Mata Tante LENA terus menatapku hingga membuatku sedikit grogi,
meski sebenarnya birahiku sedang menanjak.
Tanpa kuduga, tangan tante memegang kancing bajuku.

“Kalau panas dilepas aja ya djoel, biar cepet adem,”
kata tante LENA sembari membuka satu-persatu kancing bajuku,
dan melepaskannya hingga aku telanjang dada..

Aku saat itu benar-benar kaget dengan apa yang dilakukan tante padaku.
Dan aku pun hanya bisa diam terbengong-bengong.
Aku tambah terheran-heran lagi dengan sikap tente LENA pagi itu yang memintaku
untuk membantu melepaskan kaos ketatnya.

“djoel, tolongin tante dong. Lepasin kaos tante. Habis panas sih..,”
pinta tante Ken dengan suara yang manja tapi terkesan menggairahkan.

Dengan sedikit gemetaran karena tak menyangka akan pengalaman nyataku ini,
aku lepas kaos ketat berwarna merah itu dari tubuh tante LENA.
Dan apa yang berikutnya aku lihat sungguh membuat darahku berdesir dan penisku semakin tegang membesar
serta jantung berdetak kencang. Payudara tante Ken yang besar tampak nyata di depan mataku,
tanpa terbungkus kutang. Dua gunung indah milik janda itu tampak kencang dan padat sekali.

“Kenapa djoel. Kok tiba-tiba diam?” tanya tante LENA padaku.

“E.. Em.. Nggak apa-apa kok tante,” jawabku spontan sambil menundukkan kepala.

“Ala.. enggak usah pura-pura. Aku tahu kok apa yang sedang kamu pikirkan selama ini.

Tante sering memperhatikan kamu.

djoel sebenarnya sudah lama pingin ini tante kan?”

kata tante sambil meraih kedua tanganku dan meletakkan
telapak tanganku di kedua buah dadanya yang montok.

“Ehm.. Tante.. Sa.. Ya.. Ee..,” aku seperti tak mampu menyelesaikan kata-kataku karena gugup.
Apalagi tubuh tante LENA semakin merapat ke tubuhku.

“djoel.. Remas susuku ini sayang. Ehm.. Lakukan sesukamu.

Nggak usah takut-takut sayang.

Aku sudah lama ingin menimati kehangatan dari seorang laki-laki,”

rajuk tante LENA sembari menuntun tanganku meremas payudara montoknya.

Sementara kegugupanku sudah mulai dapat dikuasai.
Aku semakin memberanikan diri untuk menikmati kesempatan langka yang selama ini hanya ada dalam angan-anganku saja.
Dengan nafsu yang membara, susu tante LENA aku remas-remas. Sementara bibirku dan bibirnya
saling berpagutan mesra penuh gairah.

Entah kapan celanaku dan celana tante lepas,
yang pasti saat itu tubuh kami berdua sudah polos tanpa selembar kainpun menempel di tubuh.
Permaianan kami semakin panas.
Setelah puas memagut bibir tante, mulutku seperti sudah nggak sabar untuk menikmati payudara montoknya

“Uuhh.. Aah..” Tante LENA mendesah-desah tatkala lidahku menjilat-jilat ujung puting susunya yang berbentuk dadu.

Aku permainkan puting susu yang munjung dan menggiurkan itu dengan bebasnya.
Sekali-kali putingnya aku gigit hingga membuat Tante Ken menggelinjang merasakan kenikmatan.
Sementara tangan kananku mulai menggerayangi ‘vagina’ yang sudah mulai basah.
Aku usap-usap bibir vagina tante dengan lembut hingga desahan-desahan menggairahkan semakin keras dari bibirnya.

“djoel.. Nik.. Maat.. Sekali sa.. Yaang.. Uuuhh.. Puasin tante sayang.. Tubuhku adalah milikmu,”
suara itu keluar dari bibir janda montok itu.

Aku menghiraukan ucapan tante karena sedang asyik menikmati tubuh moleknya.
Perlahan setelah puas bermain-main dengan payudaranya mulutku mulai kubawa ke bawah
menuju vagina tante LENA yang bersih terawat tanpa bulu.
Dengan leluasa lidahku mulai menyapu vagina yang sudah basah oleh cairan.

Aku sudah tidak sabar lagi. Batang penisku yang sudah sedari tadi tegak berdiri
ingin sekali merasakan jepitan vagina janda cantik nan montok itu.
Akhirnya, perlahan kumasukkan batang penisku ke celah-celah vagina.
Sementara tangan tante membantu menuntun tongkatku masuk ke jalannya.

Kutekan perlahan dan..

“Aaah..” suara itu keluar dari mulut tante Ken setelah penisku berhasil masuk ke dalam liang senggamanya.

Kupompa penisku dengan gerakan naik turun.

Desahan dan erangan yang menggairahkanpun meluncur dari mulut tante yang sudah semakin panas birahinya.

“Aach.. Ach.. Aah.. Terus sayang.. Lebih dalam.. Lagi.. Aah.. Nik.. Mat..,” tante Ken mulai menikmati permainan itu.

Aku terus mengayuh penisku sambil mulutku melumat habis kedua buah dadanya yang montok.
Mungkin sudah 20 menitan kami bergumul.
Aku merasa sudah hampir tidak tahan lagi.
Batang kemaluanku sudah nyaris menyemprotkan cairan sperma.

“Tante.. Punyaku sudah mau keluar..”
“Tahan seb.. Bentar sayang.. Aku jug.. A.. Mau sampai.. Aaach..” akhirnya tante LENA tidak tahan lagi.

Kamipun mengeluarkan cairan kenikmatan secara hampir bersamaan.
Banyak sekali air mani yang aku semprotkan ke dalam liang senggama tante,
hingga kemudian kami kecapekan dan berbaring di atas karpet biru.

“Terima kasih djoel. Tante puas dengan permainan ini. Kamu benar-benar jantan.
Kamu nggak nyeselkan tidur dengan tante?” tanya beliau padaku.

Aku tersenyum sambil mencium kening janda itu dengan penuh sayang.

“Aku sangat senang tante. Tidak kusangka tante memberikan kenikmatan ini padaku.
Karena sudah lama sekali aku berangan-angan bisa menikmati tubuh tante yang montok ini”

Tante LENA tersenyum senang mendengar jawabanku.

“djoel sayang. Mulai saat ini kamu boleh tidur dengan tante kapan saja,
karena tubuh tante sekarang adalah milikmu.
Tapi kamu juga janji lho. Kalau tante kepingin.. kamu temani tante ya.,” kata tante LENA kemudian.

Aku tersenyum dan mengangguk tanda setuju.
Dan kami pun mulai saling merangsang dan bercinta untuk yang kedua kalinya.
Hari itu adalah hari yang tidak pernah bisa aku lupakan.
Karena angan-anganku untuk bisa bercinta dengan tante LENA dapat terwujud menjadi kenyataan.
Sampai saat ini sampai kutuliskan cerita ini aku dan tante LENA masih selalu melakukan aktivitas sex dengan berbagai variasi.
Dan kami sangat bahagia.

»»  baca selanjutnya...

Nyonya, giliran Inem donk !!

Nyonya Besar curiga sama si Inem pembantunya ada main sama si Tuan Besar. Karena setiap kali Tuan Besar bilang mau pergi bisnis ke luar kota, malamnya si Nyonya merasa ada seseorang di kamar si Inem. Suatu hari pada saat Tuan Besar bilang mau keluar kota, malamnya si Nyonya ngomong ke si Inem,

"Nem, malam ini ibu mau tidur di kamar kamu, kamu boleh tidur di sofa.".

Si Inem merajuk, "Wah, kenapa bu? Nggak mau ah!".

"Jangan banyak tanya, nanti tak pecat!".

Si Inem terpaksa menurut. Malamnya sewaktu si Nyonya sedang tidur di kamar pembantu yang gelap, pintu kamar tiba-tiba terbuka, seorang laki-laki masuk. Si Nyonya berpikir, "Rasain lu, suami mata keranjang, dia enggak tahu si Inem nggak tidur disini, gue mo tahu cara dia main gila ama Inem!!!".

Selanjutnya yang si Nyonya rasakan adalah kenikmatan yang luar biasa, sehingga saking nikmatnya si Nyonya enggak mau maklumatkan perang malam itu. Cuma si Nyonya merasa senang campur heran karena anunya si Tuan Besar malam itu serasa lebih kencang dan lebih besar dari biasanya.

Besok malamnya si Nyonya bilang sama si Inem dia mau tidur lagi di kamar pembantu, si Inem nggak bisa buat apa2.
Malam itu si Nyonya merasakan lagi kenikmatan bak di surga dan dia merasa anunya suaminya kali ini tidak hanya lebih kencang dan besar tetapi juga panjang. Si Nyonya benar2 puas.

Besoknya begitu lagi, tetapi kali ini si Nyonya benar2 hampir kepayahanan karena anunya si Tuan Besar lebih perkasa dari 2 malam sebelumnya, benar2 kencang, panjang dan besar. Si Nyonya benar-benar puas habis2an. Besok malamnya si Nyonya bilang mau tidur lagi di kamar si Inem, tetapi kali ini si Inem benar2 ngebantah, dia bilang,

"Nyonya, maapin Inem, kali ini Inem benar-benar enggak terima!". si Nyonya marah, katanya, "Enak aja, elu main sama laki gue, harusnya gue yang enggak terima!". Si Inem kaget, lalu ngejawab,

"Nyonya salah sangka, malam pertama waktu nyonya tidur di kamar Inem, yang masuk itu si Dedi, jongos Nyonya yang cakep itu, malam kedua itu giliran si Joko, tukang kebun Nyonya yang kekar dan kece itu, dan kemarin malem itu kan si Mustafa, supir tuan besar yang keturunan Arab yang keren dan macho itu. Nah malam ini Inem nggak mau digantiin lagi sama nyonya,lagian bisa gawat nyonya, Bahaya, bisa kualat!!!...".
Si Nyonya hampir pingsan bertanya, "Emang malam ini giliran siapaaaa?".

"Giliran Steve, anak Nyonya!"..

»»  baca selanjutnya...